Selasa, 25 September 2012

Dongeng Rakyat Balasan Bagi Tukang Sihir

Dongeng Rakyat Balasan Bagi Tukang Sihir

Dahulu ada seorang pemuda miskin, bernama Akib. Ia tidak mempunyai orang tua maupun saudara. Untuk menyambung hidup, ia bekerja sebagai pengumpul kayu bakar. Kayu-kayu itu dijualnya pada tetangga yang membutuhkan.

Ia menjalani hidup ini dengan hati lapang, mau menerima nasib dengan apa adanya tanpa mengurangi usaha yang keras, bekerja mencari nafkah.

Suatu siang, ketika tengah mencari kayu, Akib dikejutkan oleh kikik tawa nan amat menggidikkan. Dengan cepat, Akib bersembunyi. Tak jauh dari tempatnya berdiri tampak seorang nenek kurus, bungkuk, berjubah hitam dekil, dan dengan rambut putih yang beriap. Ia mengikik seram. Matanya jelalatan kesana kemari.

“Hikhikhik! Nah, itu bunga-bunga yang aku cari!” ujar si Nenek. Ia melangkah kesemak-semak lebat tempat Akib bersembunyi. Akib sangat takut, sebab ia tahu siapa nenek itu. Ia adalah Ninik Plerek, tukang sihir yang sangat jahat. Akib menahan nafas. Di depan, Ninik Plerek dilihatnya berjongkok. Nenek itu kemudian memetik dua bunga pagi sore yang tengah kuncup, warna merah dan warna kuning. Dengan penuh peluh dingin, Akib memperhatikan.

“Hikhikhik! Kedua bunga ini,” sambung si Nenek, “Akan aku sisipkan dalam rangkaian bunga yang telah kubuat, lalu kuberikan pada Putri Sekar. Bila sang putri menciumnya, hikhikhik, Ia akan tertidur lelap. Tak ada yang bisa membangunkannya kecuali aku. Padahal, obatnya mudah sekali, yakni dengan meneteskan air rendaman bunga pagi sore, warna merah dan warna kuning, yang tengah mekar kemulut sang Putri. Hikhikhik! Bila Prabu Sangga memintaku menyembuhkannya aku akan lakukan. Tetapi dengan syarat, ia harus mengawiniku dulu! Hikhikhik! Aku harus dijadikan permaisuri!”

Nini Plerek lalu pergi.

Jantung Akib berdebar kencang. Ia secara tak sengaja telah mengetahui rahasia besar. Rencana busuk dari seorang tukang sihir atau tukang tenung.

Beberapa hari kemudian, tersiar kabar bahwa Putri Sekar mengidap penyakit aneh. Ia tak mau bangun dari tidurnya. Diguncang tak mau bangun. Diteriaki suara keras ditelinganya ia tetap pulas.

Prabu Sangga sangat bingung. Seluruh dukun dan tabib diundang untuk menyadarkan sang Purti. Namun tak ada yang mampu menggugah sang Putri.

Sang Prabu bermaksud mengadakan sayembara bahwa siapa yang bisa menyembuhkan sang putri, jika lelaki akan dijadikan suaminya, jika perempuan akan dijadikan saudara sang putri.

Sebelum sayembara itu di umumkan seorang pemuda tiba-tiba datang ke istana. Pemuda itu tak lain adalah Akib.

“Apa maksudmu datang kemari anak muda?” tanya Prabu Sangga.

“Hamba ingin memastikan apakah benar Tuan Putri menderita sakit tak bisa bangun dari tidurnya?”

“Ya benar, dari mana kau tahu?”

“Secara kebetulan hamba mengetahui siapa yang mengguna-gunai Tuan Putri.” kata Akib.

“Lalu apakah kau bisa menyembuhkan anakku?”

“Hamba akan berusaha, besok pagi hamba datang lagi kemari.”

“Mengapa harus besok pagi, kalau bisa lakukan saja sekarang.”

“Hamba harus mecari bahan ramuan untuk menyadarkan Tuan Putri.”

“Baiklah, aku ijinkan kau datang kemari besok pagi.”kata sang Prabu.

Esok paginya Akib datang ke istana setelah memetik dua bunga pagi sore yang sedang mekar warna merah dan warna kuning.

Di istana, ia merendam buga-bunga itu. Air rendaman kedua bunga itu diteteskan ke mulut Putri Sekar. Ajaib, sang Putri sekatika bangun. Prabu Sangga senang sekali.

“Anak muda kau hebat sekali.” kata Prabu Sangga.

“Ah, hamba hanya kebetulan saja mengetahui rahasia orang yang mencelakakan Tuan Putri.” sahut Akib dengan rendah hati.

“Siapa orangnya?” tanya Prabu Sangga.

“Nini Plerek, Gusti Prabu…..!”

“Hah?”

“Apa maksudnya berbuat demikian?”

“Dia ingin dijadikan permaisuri.”

Sementara itu pada saat yang sama dipintu gerbang para prajurit sedang menghadang seorang wanita berambut riap-riapan.

“Aku adalah Nini Plerek! Biarkan aku masuk, hanya aku yang bisa menyembuhkan Tuan Putri Sekar, hik…hik…hik…hiiiik…! Terima kasih, terima kasih ternyata Gusti Prabu sendiri yang berkenan menyambutku.”

“Nini Plerek apakah kau bermaksud menyembuhkan Putriku?”

“Benar Gusti Prabu, tapi ada syaratnya. Gusti Prabu harus berkenan menjadikan hamba permaisuri. Barulah hamba bersedia menolong Tuan Putri.”

“Jadi benar kau yang mencelakakan putriku. Hai pengawal tangkap wanita keji ini!” kata Prabu Sangga dengan penuh wibawa.

“Apa? Berani menangkapku? Bagaimana dengan Tuan Putri?”

“Aku tidak perlu bantuanmu wanita jahat!”

Para pengawal segera menangkap Nini Plerek dan di masukkan kedalam penjara. Sementara Akib akhirnya dijodohkan dengan Putri Sekar.

Demikianlah Dongeng Rakyat Balasan Bagi Tukang Sihir ... Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar